Ada beberapa peristiwa yang dapat dijadikan pemicu kerusuhan
diantaranya :
Peristiwa tertanggapnya seorang warga Madura dari Desa Rambayan Kec.
Tebas yang ketahuan akan mencuri Motor di Desa Parit Setia Kec. Jawai,
sedangkan dua temannya lagi berhasil meloloskan diri, tersangka
tersebut sebelum diserahkan kepada pihak aparat sempat dianiaya atau
dipukuli oleh warga setempat. Pihak keamanan kemudian menyerahkan
tersangka ke pihak keluarganya (di Desa Rambaian) tetapi pihak tersangka
tidak menerima atas perlakuan warga tersebut dan indikasi akan melakukan
pembalasan. Peristiwa ini terjadi kira-kira akhir Ramadhan 1419 H.
Tanggal 19 Januari 1999 di Desa Parit Setia
Penyerbuan orang Madura ke Perkampungan Melayu dengan 3 truk berisi
300 orang yang menelan korban 3 orang, dua orang melayu, 1 Dayak
Mu'alaf. 1 orang mati di tempat, 2 meninggal di rumah sakit. Setelah
peristiwa tersebut diadakan upaya damai dengan mediator camat tebas,
namun pihak melayu merasa tidak puas sebab penyerbuan tersebut dianggap
di tolerir tanpa hukuman yang berarti. Oknum yang terlibat langsung
dalam penyerangan tersebut yang dianggap sebagai tertuduh (pembunuh)
setelah disidik menurut saksi korban ternyata bukan pelaku sesungguhnya
dan hingga saat ini pelakunya masih misteri. Pihak melayu meminta para
pelaku seluruhnya ditindak tetapi pelaku yang ditangkap hanya 1 orang
yakni anak kepala Desa yang mempunyai truk sedangkan dari pihak melayu
ditangkap (diamankan sebanyak 8 orang kesemuanya mengaku sebagai
penganiaya pencuri kendaraan.
Tanggal 26 Januari 1999, Singkawang
Forum Komunikasi Pemuda Melayu (FKPM) dibentuk dengan pemrakarsa :
Uray Aminuddin, SH (Staff Pemda Bagian Hukum) dan Rosita Nengsih, SH
menuntut kasus Parit Setia dituntaskan melalui jalur hukum sebagai ketua
adalah M. Jamras (kontraktor dan termasuk jawara warga melayu).
Tebas, 21 Februari 1999
Seorang warga Madura berinisial Rd turun dari Bis jurusan Pontianak
Kertayasa di Semparuk dengan tidak membayar ongkos sehingga Kernet
bernama Bujang L. Idris (Warga Melayu) marah. Sore harinya warga
Madura menghadang si kernet yang berasal dari Semparuk diterminal
Semparuk kemudian si madura menikam kernet melukai jari tangn dan kaki
kanannya. Melihat kejadian itu warga Melayu yang berada di terminal
tersebut menghampiri dan mengeroyok si Pelaku penikaman hingga tewas.
Kemudian si kernet yang segera dilarikan ke rumah sakit siisukan
meninggal maka sore itu juga terjadi pembakaran rumah-rumah yang
dilakukaan oleh Warga Melayu, kemudian meerebak ke beberapa daerah
sekitar Tebas antara lain:
Tebas Sungai, Sunai Kelambu dan daerah sekitarnya yang merupakan
pemukiman Madura. Dari peristiewa tersebut warga Dayak di Sungai Kelambu
mulai ikut terlibat pembakaran bahkan bertindak sebagai motor penggerak.
Perlu diketahui bahwa salah satu Kepala Suku Dayak Sungai Kelambu
menjadi korban orang Madura pada peristiwa Sanggau Ledo tahun 1997.
Pemangkat, 1 Maret 1999
Terjadi penganiayaan terhadap 6 orang pekerja buruh jalan dari warga
madura, 4 orang meninggal 1 orang meninggal diantaranya meninggal
di tempat dan 2 orang lolos
Desa Lonam Kec. Pemangkat
Seorang ibu peladang (melayu) ditakut-takuti dan dikejar oleh sekelompok
Madura (pencari rumput) kemudian warga Melayu di sekitar Lonam yang
tadinya tidak ingin terlibat akhirnya membakar rumah-rumah orang madura
di desanya (dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa karena penduduknya
telah diungsikan). Pembakaran menjalar ke jalur lintas pemangkat
(Gresik, Pusaka, Harapan, Pemangkat Kota, Lonam dan Sinam).
Adanya penyulutan di mana pihak Madura menantang pihak melayu dengan
ucapan bahwa orang melayu tidak akan melawan orang Madura kalau tidak
didukung orang dayak, salah satu cara pembakaran dengan cara disediakan
obat nyamuk yang sudah menyala, sebatang korek api dan sebotol bensin
yang diletakkan berdekatan dengan sasaran, yang beberapa saat kemudian
terjadi kebakaran yang tidak diketahui siapa pelakunya **** (
PROVOKATOR????? :-( .....) *******
Pemangkat (Desa Prapakan)
Pihak madura melakukan pencegatan di jalur lintas Pemangkat khususnya
Desa Prapakan. Salah seorang korban bernama Manurung (warga Batak)
seorang pensiunan Guru dimana isterinya warga Dayak mobilnya dibakar
dan diisukan ada korban jiwa dalam pembakaran tersebut orang Melayu
(Pemuda-pemuda yang sebagian besar pengangguran) melakukan pembakaran
yang membabi-buta yang didukung warga Dayak.
Pemangkat, 17 Maret 1999
Terjadi pembakaran serentak di beberapa Desa antara lain : Gresik,
Prapakan, Sungai Palai, Parapakan Serdang, Parit Sinam dan Parit
Baru)
Selakau, 17 Maret 1999
Terjadi tabrak lari di pasar Selakau oleh orang Madura, tersangka
lari dan tertangkap oleh masa dan dianiaya sampai meninggal. Masa
spontan berkumpul mencapai kurang lebih 1.000 orang sedangkan aparat
sedikit dan masa bergerak ke beberapa arah melakukan aksi pembakaran
rumah yang sudah ditinggalkan oleh penghuninya (Madura) sore harinya
terjadi pembunuhan orang Madura yang baru datang dari Laut setelah 4
hari mencari ikan di laut saat orang tersebut hendak menjual ikannya.
Selanjutnya pembakaran massal terjadi pula di Desa Mentibar sampai
di daerah pegunungan Selindung.
Samalantan, 17 Maret 1999
Menyusul terjadinya kabar pembunuhan 1 orang Dayak di Pemangkat
oleh orang Madura orang-orang Dayak membakar pemukiman warga Madura yang
telah ditinggalkan penghuninya, pasukan Dayak diisukan menyerang
kota Singkawang, hal ini dipicu oleh isu meninggalnya seorang warga
Dayak di Desa Prapakan Pemangkat. Terjadinya pencegatan oleh orang
Madura dimana 1 orang Dayak terbunuh dan otomatis jalur Samalantan
ditutup.
Sanggau Ledo, 17 Maret 1999
Adanya pembakaran pemukiman Madura karena adanya berita terbunuhnya
orang Dayak di Pemangkat (pada umumnya warga Madura telah
diungsikan ke pasir Panjang sebelum pembakaran). Tersebar isu Dayak
Pedalaman akan turun ke kota Singkawang namun aparat sudah siap siaga
dan dapat diblokade di kompi Batalyon 641 Beruang Hitam, Dayak kembali
dan mengambil jalan lain ke daerah bukit Batu.
Kamis dinihari tanggal 18 Maret 1999 terdengar letupan senapan,
kabarnya dayak datang kembali namun berhasil diblokade oleh pasukan
keamanan.
Jum'at siang 19 Maret 1999, Dayak Pedalaman sudah memasuki batas
blokade keamanan, tawar-menawar tidak dapat diatasi kemudian aparat
memerintahkan kepada penduduk Madura (khususnya wanita dan
anak-anak untuk mengungsi). Aparat menyiapkan truk dan diangkut ke
Pasir Panjang ada sebagian warga yang mendapati orang Dayak Pedalaman
yang pergi ke Desa untuk membeli rokok dengan membawa uang yang cukup
banyak.
Singkawang
Pemukiman Madura yang semula tidak ada tanda-tanda akan dijadikan
lahan pembakaran sudah mulai dikosongkan (Condong, Roban dan Pasiran)
tetapi masih ada juga yang tetap terutama di daerah yang dekat kantor
atau markas keamanan. Berkembang isu juga bahwa beringasnya aksi
dayak ini disulut oleh terjadinya pemboman kapal pasukan Dayak oleh
pasukan Artileri ABRI di sungai Selakau beberapa waktu yang lalu.
Sedau
Pada awal kejadian di daerah-daerah lain terjadi, warga Melayu
Sedau tidak terlalu terpancing dan sebagian tokoh masyarakat
mengharapkan agar tidak terjadi seperti di daerah lain, tetapi karena
ada hasutan dari warga Melayu daerah lain diantaranya dengan mengirim
(afwan) celana dalam maka wargapun terhasut dengan berencana membakar
pemukiman Madura.
Maka warga Madura diungsikan ke Singkawang dan Pontianak dan upaya
penyerbuan atau pembakaran dapat diatasi oleh aparat kepolisian dan
tentara.
Hal-hal yang bisa diperhatikan terutama di daerah Singkawang kota :
a. Aparat menginstruksikan melalui para bintara agar masyarakat
mengambil peran aktif didalam menjaga keamanan lingkungan, ada
slogan selamatkan diri masing-masing (SDM). Pada hari jum'at
siang (19 >> Maret 1999) kondisi Singkawang cukup tegang dengan
isu Dayak masuk kota ditambah dengan aksi hilir mudiknya anggota
keamanan dengan senjata lengkap (rata-rata 1 aparat dengan 2
senjata ; pistol dan senapan laras panjang).
b. Di tingkat elit sipil kab. Sambas beredar kecurigaan keterlibatan
inteligent militer yang sengaja mengambil kepentingan terhadap
peristiwa ini sebagai contoh ketika hal ini diungkapkan oleh salah
seorang Eselon III (Kepala BPS) di depan Bupati dan Muspida,
tanggapan dari Polres kurang memuaskan dengan mengemukakan alasan
berkaitan dengan HAM.
Bahkan dalam mengungkapkan ketidak puasan salah seorang pejabat
tadi mengatakan : "ABRI terkesan kurang berwibawa dibandingkan
daripada Dayak",dan hal ini diiyakan oleh kepada MAWIL Hansip
setempat (purnawirawan ABRI)
c. Warga Melayu umumnya ikut tersulut oleh peristiwa di daerah lain
dan sedikit warga yang memahami kondisi secara objektif. Warga
mudah tersulut oleh isu yang berlebihan sebagai contoh ketika
Jum'at Siang 19 Maret tersebar isu orang-orang Dayak Pedalaman
Memasuki Singkawang maka secara spontan warga Melayu mempersiapkan
senjata tajam berupa pedang, parang, golok, tombak disertai dengan
memakai pita kuning maka semua toko di jantung kota tutup dan
sebagaian besar kantor-kantor tutup sebelum waktunya
(Perlu diingat bahwa pita kuning adalah lambang melayu dan pita
warna merah adalah Dayak).
Tersebar pula isu bahwa penyerbuan ke pemukiman Madura singkawang kota
akan dilakukan tanggal 18 Maret 1999 dan apabila gagal maka tanggal 21
Maret 1999, yang anehnya justru warga Melayu yang bersiap-siap dengan
persenjataan yang berlebihan dengan dalih Madura akan menyerang Melayu
apabila Melayu tidak siap atau bersenjata (Alhamdulillah sampai saat ini
tidak ada kerusuhan di Kota Singkawang)
Kasus yang berhadapan langsung dengan tokoh PK di Kab. Sambas
1. Seorang supir Oplet, abang ipar Sapoead (Pengurus DPD PK Sambas
dipaksa untuk menyeret dengan opletnya mayat orang Madura yang
sudah dipenggal lehernya (dadanya sudah bolong tanpa hati dan
jantung) kurang lebih berjarak 3 Km menyusuri jalan propinsi
sepanjang Desa Pusaka.
Supir tersebut diancam kalau tidak mau menyeret mayat mobilnya
akan dibakar
2. Tarmizan, adik ipar Sapoead (Pengurus DPD PK Kab. Sambas)
melihat langsung kejadian ada mayat warga Madura tanpa kepala,
hati dan jantungnya telah diambil kemudian dibakar dan dimakan
oleh orang-orang Dayak (Daerah Setapuk)
3. Salah seorang pengurus DPD PK Sambas (Idris) yang bertugas
sebagai supir perusahaan kue dicegat oleh sekelompok warga Melayu
di Pemangkat, dan menanyai pimpinan rombongan bernama Suroso
(Simpatisan PK). setelah menjelaskan bahwa dia berasal dari Jawa
maka mereka disuruh melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah Allah
SWT melindungi hamba-Nya, karena yang ditanya adalah pimpinan
rombongan bukan supir (Idris) yang berasal dari Madura
Friday, September 16, 2011
Home »
» KRONOLOGIS KERUSUHAN DI KABUPATEN SAMBAS
0 comments:
Post a Comment