This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday, September 16, 2011

KRONOLOGIS KERUSUHAN DI KABUPATEN SAMBAS

Ada beberapa peristiwa yang dapat dijadikan pemicu kerusuhan
diantaranya :
Peristiwa tertanggapnya seorang warga Madura dari Desa Rambayan     Kec.
Tebas yang ketahuan akan mencuri Motor di Desa Parit Setia Kec. Jawai,
sedangkan dua temannya lagi berhasil meloloskan diri, tersangka
tersebut sebelum diserahkan kepada pihak aparat sempat dianiaya atau
dipukuli oleh warga setempat.  Pihak keamanan kemudian menyerahkan
tersangka ke pihak keluarganya (di Desa Rambaian) tetapi pihak tersangka
tidak menerima atas perlakuan warga tersebut dan indikasi akan melakukan
pembalasan. Peristiwa ini terjadi kira-kira akhir Ramadhan 1419 H.

Tanggal 19 Januari 1999 di Desa Parit Setia

Penyerbuan orang Madura ke Perkampungan Melayu dengan 3 truk berisi
300 orang yang menelan korban 3 orang, dua orang melayu, 1 Dayak
Mu'alaf. 1 orang mati di tempat, 2 meninggal di rumah sakit.  Setelah
peristiwa tersebut diadakan upaya damai dengan mediator camat tebas,
namun pihak melayu merasa tidak puas sebab penyerbuan tersebut dianggap
di tolerir tanpa hukuman yang berarti.  Oknum yang terlibat langsung
dalam penyerangan tersebut yang dianggap sebagai tertuduh (pembunuh)
setelah disidik menurut saksi korban ternyata bukan pelaku sesungguhnya
dan hingga saat ini pelakunya masih misteri.  Pihak melayu meminta para
pelaku seluruhnya ditindak tetapi pelaku yang ditangkap hanya 1 orang
yakni anak kepala Desa yang mempunyai truk sedangkan dari pihak melayu
ditangkap (diamankan sebanyak 8 orang kesemuanya mengaku sebagai
penganiaya pencuri kendaraan.

Tanggal 26 Januari 1999, Singkawang

Forum Komunikasi Pemuda Melayu (FKPM) dibentuk dengan pemrakarsa :
Uray Aminuddin, SH (Staff Pemda Bagian Hukum) dan Rosita Nengsih, SH
menuntut kasus Parit Setia dituntaskan melalui jalur hukum sebagai ketua
adalah M. Jamras (kontraktor dan termasuk jawara warga melayu).

Tebas, 21 Februari 1999

Seorang warga Madura berinisial Rd turun dari Bis jurusan Pontianak
Kertayasa di Semparuk dengan tidak membayar ongkos sehingga Kernet
bernama Bujang L. Idris (Warga Melayu) marah. Sore harinya warga
Madura menghadang si kernet yang berasal dari Semparuk diterminal
Semparuk kemudian si madura menikam kernet melukai jari tangn dan kaki
kanannya. Melihat kejadian itu warga Melayu yang berada di terminal
tersebut menghampiri dan mengeroyok si Pelaku penikaman hingga tewas.
Kemudian si kernet yang segera dilarikan ke rumah sakit siisukan
meninggal maka sore itu juga terjadi pembakaran rumah-rumah yang
dilakukaan oleh Warga Melayu, kemudian meerebak ke beberapa daerah
sekitar Tebas antara lain:
Tebas Sungai, Sunai Kelambu dan daerah sekitarnya yang merupakan
pemukiman Madura. Dari peristiewa tersebut warga Dayak di Sungai Kelambu
mulai ikut terlibat pembakaran bahkan bertindak sebagai motor penggerak.
Perlu diketahui bahwa salah satu Kepala Suku Dayak Sungai Kelambu
menjadi korban orang Madura pada peristiwa Sanggau Ledo tahun 1997.

Pemangkat, 1 Maret 1999

Terjadi penganiayaan terhadap 6 orang pekerja buruh jalan dari warga
madura, 4 orang meninggal 1 orang meninggal diantaranya meninggal
di tempat dan 2 orang lolos

Desa Lonam Kec. Pemangkat

Seorang ibu peladang (melayu) ditakut-takuti dan dikejar oleh sekelompok
Madura (pencari rumput) kemudian warga Melayu di sekitar Lonam yang
tadinya tidak ingin terlibat akhirnya membakar rumah-rumah orang madura
di desanya (dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa karena penduduknya
telah diungsikan).  Pembakaran menjalar ke jalur lintas pemangkat
(Gresik, Pusaka, Harapan, Pemangkat Kota, Lonam dan Sinam).
Adanya penyulutan di mana pihak Madura menantang pihak melayu dengan
ucapan bahwa orang melayu tidak akan melawan orang Madura kalau tidak
didukung orang dayak, salah satu cara pembakaran dengan cara disediakan
obat nyamuk yang sudah menyala, sebatang korek api dan sebotol bensin
yang diletakkan berdekatan dengan sasaran, yang beberapa saat kemudian
terjadi kebakaran yang tidak diketahui siapa pelakunya  **** (
PROVOKATOR????? :-( .....) *******

Pemangkat (Desa Prapakan)

Pihak madura melakukan pencegatan di jalur lintas Pemangkat khususnya
Desa Prapakan.  Salah seorang korban bernama Manurung (warga Batak)
seorang pensiunan Guru dimana isterinya warga Dayak mobilnya dibakar
dan diisukan ada korban jiwa dalam pembakaran tersebut orang Melayu
(Pemuda-pemuda yang sebagian besar pengangguran) melakukan pembakaran
yang membabi-buta yang didukung warga Dayak.

Pemangkat, 17 Maret 1999

Terjadi pembakaran serentak di beberapa Desa antara lain : Gresik,
Prapakan, Sungai Palai, Parapakan Serdang, Parit Sinam dan Parit
Baru)

Selakau, 17 Maret 1999

Terjadi tabrak lari di pasar Selakau oleh orang Madura, tersangka
lari dan tertangkap oleh masa dan dianiaya sampai meninggal.  Masa
spontan berkumpul mencapai kurang lebih 1.000 orang sedangkan aparat
sedikit dan masa bergerak ke beberapa arah melakukan aksi pembakaran
rumah yang sudah ditinggalkan oleh penghuninya (Madura) sore harinya
terjadi pembunuhan orang Madura yang baru datang dari Laut setelah 4
hari mencari ikan di laut saat orang tersebut hendak menjual ikannya.
Selanjutnya pembakaran massal terjadi pula di Desa Mentibar sampai
di daerah pegunungan Selindung.

Samalantan, 17 Maret 1999

Menyusul terjadinya kabar pembunuhan 1 orang Dayak di Pemangkat
oleh orang Madura orang-orang Dayak membakar pemukiman warga Madura yang
telah ditinggalkan penghuninya, pasukan Dayak diisukan menyerang
kota Singkawang, hal ini dipicu oleh isu meninggalnya seorang warga
Dayak di Desa Prapakan Pemangkat. Terjadinya pencegatan oleh orang
Madura dimana 1 orang Dayak terbunuh dan otomatis jalur Samalantan
ditutup.

Sanggau Ledo, 17 Maret 1999

Adanya pembakaran pemukiman Madura karena adanya berita terbunuhnya
orang Dayak di Pemangkat (pada umumnya warga Madura telah
diungsikan ke pasir Panjang sebelum pembakaran).  Tersebar isu Dayak
Pedalaman akan turun ke kota Singkawang namun aparat  sudah siap siaga
dan dapat diblokade di kompi Batalyon 641 Beruang Hitam, Dayak kembali
dan mengambil jalan lain ke daerah bukit Batu.

Kamis dinihari tanggal 18 Maret 1999 terdengar letupan senapan,
kabarnya dayak datang kembali namun berhasil diblokade oleh pasukan
keamanan.
Jum'at siang 19 Maret 1999, Dayak Pedalaman sudah memasuki batas
blokade keamanan, tawar-menawar tidak dapat diatasi kemudian aparat
memerintahkan kepada penduduk Madura (khususnya wanita dan
anak-anak untuk mengungsi).  Aparat menyiapkan truk dan diangkut ke
Pasir Panjang ada sebagian warga yang mendapati orang Dayak Pedalaman
yang pergi ke Desa untuk membeli rokok dengan membawa uang yang cukup
banyak.

Singkawang

Pemukiman Madura yang semula tidak ada tanda-tanda akan dijadikan
lahan pembakaran sudah mulai dikosongkan (Condong, Roban dan Pasiran)
tetapi masih ada juga yang tetap terutama di daerah yang dekat kantor
atau markas keamanan.  Berkembang isu juga bahwa beringasnya aksi
dayak ini disulut oleh terjadinya pemboman kapal pasukan Dayak oleh
pasukan Artileri ABRI di sungai Selakau beberapa waktu yang lalu.

Sedau

Pada awal kejadian di daerah-daerah lain terjadi, warga Melayu
Sedau tidak terlalu terpancing dan sebagian tokoh masyarakat
mengharapkan agar tidak terjadi seperti di daerah lain, tetapi karena
ada hasutan dari warga Melayu daerah lain diantaranya dengan mengirim
(afwan) celana dalam maka wargapun terhasut dengan berencana membakar
pemukiman Madura.
Maka warga Madura diungsikan ke Singkawang dan Pontianak dan upaya
penyerbuan atau pembakaran dapat diatasi oleh aparat kepolisian dan
tentara.


Hal-hal yang bisa diperhatikan terutama di daerah Singkawang kota :

a. Aparat menginstruksikan melalui para bintara agar masyarakat
mengambil peran aktif didalam menjaga keamanan lingkungan, ada
slogan selamatkan diri masing-masing (SDM).  Pada hari jum'at
siang (19 >> Maret 1999) kondisi Singkawang cukup tegang dengan
isu Dayak masuk kota ditambah dengan aksi hilir mudiknya anggota
keamanan dengan senjata lengkap (rata-rata 1 aparat dengan 2
senjata ; pistol dan senapan laras panjang).

b. Di tingkat elit sipil kab. Sambas beredar kecurigaan keterlibatan
inteligent militer yang sengaja mengambil kepentingan terhadap
peristiwa ini sebagai contoh ketika hal ini diungkapkan oleh salah
seorang Eselon III (Kepala BPS) di depan Bupati dan Muspida,
tanggapan dari Polres kurang memuaskan dengan mengemukakan alasan
berkaitan dengan HAM.
Bahkan dalam mengungkapkan ketidak puasan salah seorang pejabat
tadi mengatakan : "ABRI terkesan kurang berwibawa dibandingkan
daripada Dayak",dan hal ini diiyakan oleh kepada MAWIL Hansip
setempat (purnawirawan ABRI)

c. Warga Melayu umumnya ikut tersulut oleh peristiwa di daerah lain
dan sedikit warga yang memahami kondisi secara objektif.  Warga
mudah tersulut oleh isu yang berlebihan sebagai contoh ketika
Jum'at  Siang 19 Maret tersebar isu orang-orang Dayak Pedalaman
Memasuki Singkawang maka secara spontan warga Melayu mempersiapkan
senjata tajam berupa pedang, parang, golok, tombak disertai dengan
memakai pita kuning maka semua toko di jantung kota tutup dan
sebagaian besar kantor-kantor tutup sebelum waktunya
(Perlu diingat bahwa pita kuning adalah lambang melayu dan pita
warna merah adalah Dayak).

Tersebar pula isu bahwa penyerbuan ke pemukiman Madura singkawang  kota
akan dilakukan tanggal 18 Maret 1999 dan apabila gagal maka tanggal 21
Maret 1999, yang anehnya justru warga Melayu yang bersiap-siap dengan
persenjataan yang berlebihan dengan dalih Madura akan menyerang Melayu
apabila Melayu tidak siap atau bersenjata (Alhamdulillah sampai saat ini
tidak ada kerusuhan di Kota Singkawang)

Kasus yang berhadapan langsung dengan tokoh PK di Kab. Sambas

1. Seorang supir Oplet, abang ipar Sapoead (Pengurus DPD PK Sambas
dipaksa untuk menyeret dengan opletnya mayat orang Madura yang
sudah  dipenggal lehernya (dadanya sudah bolong tanpa hati dan
jantung) kurang lebih berjarak 3 Km menyusuri jalan propinsi
sepanjang Desa Pusaka.
Supir tersebut diancam kalau tidak mau menyeret mayat mobilnya
akan dibakar

2. Tarmizan, adik ipar Sapoead (Pengurus DPD PK Kab. Sambas)
melihat langsung kejadian ada mayat warga Madura tanpa kepala,
hati dan jantungnya telah diambil kemudian dibakar dan dimakan
oleh orang-orang Dayak (Daerah Setapuk)

3. Salah seorang pengurus DPD PK Sambas (Idris) yang bertugas
sebagai supir perusahaan kue dicegat oleh sekelompok warga Melayu
di Pemangkat, dan menanyai pimpinan rombongan bernama Suroso
(Simpatisan PK). setelah  menjelaskan bahwa dia berasal dari Jawa
maka mereka disuruh melanjutkan perjalanan.  Alhamdulillah Allah
SWT melindungi hamba-Nya, karena yang ditanya adalah pimpinan
rombongan bukan supir (Idris) yang berasal dari Madura

GERATTAK NIBBONG, Simbol Kebersamaan Masyarakat

Gerattak Nibong, sebuah kata yang berasal dari bahasa Sambas, yaitu Gerattak artinya Jembatan dan Nibong yang berarti Nama pohon.Nibong sendiri merupakan tanaman asli yang berasal dari famili Palma, persis seperti pohon pinang, memiliki ciri khas kulit luar yang sangat keras dan tumbuh liar dihutan-hutan sekitar, karena ketahanannya terhadap cuaca, mudah didapat, murah-meriah dan lain-lain, maka pohon inilah yang dijadikan sebagai pondasi dasar dari jembatan tersebut.
Jembatan ini dibangun di Desa Lubuk Dagang Kecamatan Sambas, dan menghubungkan antara dua dusun, yaitu dusun dagang timur dan dagang barat yang terpisah oleh sungai Teberau, untuk lokasinya sendiri tidak jauh dari Musium Nagri Sambas, atau tepatnya ditengah-tengah kedua dusun tersebut.Untuk lebar sungai itu sendiri diperkirakan sekitar 40 meteran, jadi panjang jembatannya sendiri kurang lebih 45 meter( belum ada perhitungan resminya, karena kerjanya secara manual).
Mungkin para pembaca merasa heran, "koq jembatannya dibuat dari bahan yang begitu sih!!?
memangnya dari bahan beton nggak bisa ya!!"Penyebabnya adalah biaya yang digunakan oleh masyarakat itu sebenarnya tidak ada sumbernya, tidak dari Pemkab maupun dari Pemprov, tetapi dari swadaya masyarakat itu sendiri, baik itu dari sumbangan-sumbangan yang berupa uang, material, jasa, hingga tenaga.
Saya pribadi merasa cukup terkesan dan takjub dengan kemampuan warga desa Lubuk Dagang Timur dan Barat, hanya dengan berbekal Tekad yang kuat, demi masa depan anak cucu mereka, mereka berkeras membuat Jembatan yang boleh dikatakan mustahil untuk dilakukan, karena saya sendiri saja hampir tidak percaya sama sekali mendengarnya, begitu melihatnya secara langsung, luar biasa!!!!Tujuan mereka membuat jembatan ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mempermudah anak-anak mereka menuju sekolah, yaitu SDN 24 Desa Lubuk Dagang, yang berada didusun Dagang Barat, sedangkan keberadaan dusun Dagang Timur berada diseberang sungai.
Untuk mencapai sekolah tersebut, anak-anak mereka biasanya melewati Jembatan Batu yang agak jauh dari desa mereka, selain jauh, juga resikonya tinggi, karena ini merupakan jalan utama, dan ada sebagian yang memanfaatkan perahu untuk menyeberang, ribet kan !!!.
Tujuan kedua mereka adalah untuk mempererat tali silaturahmi antara kedua dusun, yang notabene adalah sanak famili mereka sendiri, karena selama ini mereka merasa "terpisah" dengan adanya jarak yang memisahkan mereka.Untuk konstruksi memang sangat sederhana, cukup mengaplikasikan pengalaman mereka selama dilaut, seperti tehnik mengikat dan lainnya.Tidak ada blueprint gambar rancang bangun dan lain-lain.Material dasar yang digunakan sendiri terdiri dari pohon Nibong untuk pondasi tiang, pohon durian untuk lantai, kayu somah untuk tulang dan yang hebatnya, mereka tidak menggunakan paku, baut, pasak, maupun besi beton, tetapi tali-temali saja, hanya itu!!!Memang konstruksi semacam itu sudah terbukti cukup lama sekali, terutama didaerah pulau-pulau dilaut, mereka membuat Bagan menggunakan metode ini, dan sanggup bertahan terhadap cuaca laut serta kondisi perairan laut yang asin dan resiko serangan biota laut seperti karang dan lain sebagainya.Metode ini kalau dilaut mampu bertahan selama 1 ~ 2 tahun, jika diaplikasikan diperairan sungai, bisa diprediksikan sekitar 3 ~ 4 tahun!!!Semoga!!??
Proses pembangunan dimulai pada tanggal 20 maret 2009, dan selesai kemarin, tanggal 10 mei 2009.Lumayan juga waktu pengerjaannya, cukup memakan waktu, karena sama sekali tidak menggunakan peralatan berat ataupun lainnya, tetapi dilaksanakan secara tradisional dengan bantuan tali-temali.Untuk tenaga kerjanya, mereka melaksanakannya secara bergotong royong, tanpa imbalan sekalipun.Cukup mengesankan dan membuat kita merasa terharu, dikala kehidupan kita semakin keras, terus kondisi pemerintahan yang labil, diperparah keadaan ekonomi dan politik negara kita yang agak goyah, terbukti dengan semangat gotong royong, mereka mampu membangun impian yang mustahil untuk diwujudkan, terutama dengan tidak tersedianya dana pendukung proyek tersebut.
Dari sudut pandang pemerintahan sendiri, ini merupakan sebuah tamparan yang cukup hebat, mengingat dari sedemikian banyaknya proyek pemerintah yang tidak jelas aturan main dengan anggaran yang tidak sedikit, proyek mereka hanya bisa bertahan setahun dua.
Alangkah baiknya jika sedikit atau sepeser anggaran tersebut disisihkan untuk proyek kecil semacam ini, pastinya banya daerah-daerah yang memerlukan bantuan semacam bisa menggapai keinginan mereka.Rencana masyarakat, Jembatan ini akan diresmikan pada tanggal 16 Mei 2009, pada hari sabtu pagi, pukul 08.30 WIB, waktu setempat, semoga saja tidak ada kendala yang berarti, dan pastinya aku sendiri akan hadir diacara peresmian tersebut yang dimeriahkan oleh Band lokal.

SEJARAH KIJANG BERANTAI

Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai, didirikan Almarhum Hj Djanuardi Bin.Alm HJ Alwi di Kampung Dagang, bagian timur Kota Sambas pada tahun 1976. Dengan tekad serta perjuangan yang pantang menyerah dilakukan oleh Almarhum Djanuardi Hj. Alwi dari hari ke hari semakin maju dan berkembang pesat, bukan sekedar di Kota Sambas saja, akan tetapi melebarkan sayap kemajuannya hingga Kota Pontianak, tepatnya di Gang Jeruk No. 48.
Karena banyaknya peminat kalangan pemuda maupun pemudi dewasa untuk mendapat serta mendalami ilmu bela diri khusus di Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai ini kian hari semakin dikagumi oleh wisatawan manca negara seperti Amerika dan Khanada. Karna tingginya minat akan ilmu pencak silat maka ketiga orang asing tadi siap menuruti seluruh peraturan perguruan yang pada waktu itu sebagai guru besarnya Almarhum Djanuardi Bin Alm Hj Alwi semakin harum atas kiprah Hj Emi Faisal S.Sos dan Dicky Agustion AMd serta beberapa pelatih yang lain.
Kijang Berantai terkenal awal mulanya di Kampung Dagang atas perjuangan Hj Emi Faisal S.Sos sebagai Maha Guru terus diwakili oleh Dicky Agustion AMd termasuk kiprah besar sang pelatih, Safransyah (Jhon) dari Kota Sambas sampai Kota Pontianak termasuk kota-kota besar lainnya telah menyebar dengan pesat Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai seni beladiri warisan nenek moyang dari negeri Indonesia sendiri hingga kini merambah di Kabupaten Sanggau masuk ke Kecamatan Sekayam Februari 2010, yang mempunyai murid Khususnya di Kecamatan Sekayam 115 orang murid.
Itulah jumlah sementara murid laki-laki dewasa dan perempuan dewasa sampai anak-anak yang diperkirakan usia sembilan tahun lebih ke bawah. Tujuan didirikan perguruan ini intinya menghidupkan semangat jiwa kesatria Alm Bapak Hj Djaduardi Hj Alwi. “Maka kami sebagai murid-murid berlapang dada untuk menyebarkan ajaran beliau dalam rangka balas budi terhadap guru besar tersebut. Adapun moto perguruan Kijang Berantai ini setapak kaki maju ke depan pantang surut ke belakang Pencak Silat Budayaku Sekayam Tumpah Darahku Kijang Berantai Perguruanku.
H Emi Faisal S.Sos pernah mengharumkan nama NKRI pada tahun 1990 menjadi juara di Newderland Belanda dan tahun 1994 di Hajai Thailand.

KM RIVAL TENGGELAM

SAMBAS—Hanya dalam kurun waktu 10 menit, Kapal Motor (KM) Rival yang dinakhodai Herman (32) jurusan Batu Belang (Kecamatan Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang)-Sambas yang mangkal di Dermaga Sambas sekitar pukul 11.00 wib Kamis (15/9) tenggelam. Sekitar 64 penumbang pun panik dan menyelamatkan diri ke sungai, meski tak ada korban jiwa, sebagian penumpang mengalami luka-luka hingga tiga penumpang dilarikan ke rumah sakit, dan mengalami kerugian materil puluhan juta rupiah.“Saat ini satu nakhoda dan dua ABK kita mintai keterangan, dan satu petugas dari Dinas Pehubungan, Komunikasi dan Informasi,” ungkap Kapolres Sambas AKBP Pahala HM Panjaitan melalui Kapolsek Sambas, AKP Andi Oddang R kepada Pontianak Post di Mapolsek Sambas.

Belum diketahui pasti penyebab karamnya KM Rival milik Herman ini, namun kepolisian menduga karamnya kapal akibat over kapasitas. “Dari pendataan sementara jumlah penumpang 64 orang, sementara standar muatan penumpang kapal tersebut 35 orang, disini saja sudah over, belum jumlah dan berat barang-barang penumpang yang dibawa,” katanya.Kapolsek Sambas mengatakan pihak yang dimintai keterangan dianggap paling bertanggung jawab atas kejadian tenggelamnya KM Rival. “Dugaan sementara kami baik nakhoda dan ABK lalai, tapi ini masih dalam penyidikan,” jelasnyaDikarenakan hujan masih membasahi Kota Sambas dan sudah malam, penumpang KM Rival yang kebanyakan wanita dan anak-anak ini sementara waktu ditampung di Barak Dalmasa Polres Sambas, esok Jumat (16/9) baru dipulangkan ke rumah masing-masing menggunakan transportasi sungai.

Awalnya, KM Rival mengangkut orang dan barang. Sekitar pukul 11.00 wib, kapal belum berangkat, meskipun penumpang sudah padat, karena masih ada penumpang dan barang yang akan dinaikkan ke kapal, Herman pun memundurkan kapal yang dinakodainya jauh dari kerumunan kapal lainya yang bersandar di dermaga. Tiba-tiba kapal oleh, dan bagian kiri jalan miring. “Galon berisikan air dan ken minyak jatuh ke sungai dari atas kapal karena kapal oleng saat itulah penumpang panik,” jelasnya usai menjalani pemeriksaan di Mapolres Sambas. Bersama kedua ABKnya Rahadi dan Rahmat, mereka mencoba menjalankan kapal dan membantu penumpang menyelamatkan diri, tak khayal banyak dari penumpang mencebur ke sungai termasuk barang-barang bawaan penumpang. Padahal jarak air sungai dengan bibir badan motor sekitar 30cm. Olengnya kapal membuat air pun masuk ke lambung kapal sehingga mesin pun terendam air, saat itulah nyaris seluruh badan kapal tenggelam, setelah upaya penyematan diri oleh penumpang terjadi, kapal pun hanyut dibawa arus hingga ke tepian rumah warga di seberang dermaga di Tumuk Manggis.

Dampaknya, barang-barang pumpang basah dan sebagian tenggelam, ada kulkas, sounsystem, sembako, dan barang elektronik pun hanyut. Bahkan ia sendiri pun pasrah dan tak tahu mau apa “Sudah jadi sunnatullah, saya ikut takdir saja, kalau Tuhan berkehendak apapun saya terima,” jelasnya. Ketika ditanya apakah pihak pemilik kapal motor akan bersedia bertanggung jawab, Herman hanya menjawab tidak tahu. “Belum tahulah pak, yang jelas saya bukan tipe orang yang suka lari dari tanggung jawab,” katanya. Akibat kejadian tersebut, banyak penumpang mengalami trauma, luka-luka, hingga pasrah, seperti yang dialami Pendi (7), yang mengalimi robek di kepala karena benturan benda tumpul, ia bersama ibunya Siska (26) merasa trauma, bahkan barang dagangannya pun hanyut entah kemana.
“Untung selamat nyawa pak, anak saya luka kepalanya,” jelasnya tanpa henti menangis saat di dermaga. Hal sama juga dialami Emi (31) dan anaknya Vani (3) warga Sedoyan, sang anak sempat tenggelam, untungnya tangan Emi bisa meraih bagian atas kapal sehingga tak tenggelam, sementara sang anak bisa diselematkan. “Jelas trauma pak kejadian ini, cuman barang-barang saya hilang entah kemana, karena panik,” ungkapnya dengan mata berurai air mata.

Belum lagi Maulani (32) asal Desa Sekoyak, meski tak nyebur ke sungai, ia menyematkan diri dengan melompat ke kapal lainya sebelum kapal yang ditumpanginya kandas. “Saya melompat dengan membawa anak saya ke kapal penyeberangan lainya, sementara dagangan saya sejumlah Rp 20 juta, hilang entah kemana,” jelasnya. Begitu juga Ani (24) sehabis belanja pesanan Nurohman, sekitar sepuluh jutaan nilai barangnya raib entah kemana, ada yang hanyut bahkan bercampur dengan barang penumpang lainya. “Barang yang tenggelam ada sembako dan keperluan dapur lainya,” katanya. Ada pula Misnen, yang harus merelakan mesin pemotong kayu (Sinsaw) nya tenggelam. “Mesin sinsaw  tenggelam ditambah uang Rp 1,5 juta saya hilang,” jelasnya. Kini para korban meminta pertanggung jawaban pemilik kapal dan memohon adanya bantuan dari pemerintah kabupaten Sambas.

IKAMAS (Ikatan Keluarga Besar Mahasiwa Sambas) Malang

Agent of change and agent of control. Begitulah jargon yang selalu bergema di telinga kaum intelektual muda berstatus sebagai mahasiswa. Menjadi sebuah dilema tatkala seorang sarjana lulusan perguruan tinggi tidak mengusung perubahan bagi ke arah yang lebih baik.
Berangkat dari semangat itulah, diprakarsai oleh mahasiswa dari universitas tribhuawana tungga dewi malang, IKAMAS didirikan di kota Malang Jawa Timur tepatnya tangga 22 pebruari 2005. Sebuah sejarah awal dari persatuan mahasiswa yang berasal dari kabupaten Sambas propinsi Kalimantan Barat. Dengan terbentuknya organisasi tersebut mahasiswa asal kabupaten sambas tidak hanya dituntut membawa perubahan bagi daerahnya ke depan setelah mereka lulus namun juga diharapkan mampu menerapkan tri dharma perguruan tinggi serta kemajuan dunia pendidikan bangsa ini.Dalam setiap gerak roda organisasi perlu adanya kesamaan irama yang diharapkan mampu mengiringi arah dan tujuan organisasi tersebut.kesamaan irama yang dimaksud adalah gerak pemikiran dalam menciptakan sebuah konsep agar tujuan organisi dapat tercapai, Ini terutama untuk semua pengurus. Seiring dengan itu komunikasi horizontal harus dilakukan dalam hal ini tidak hanya antar sesama orda nanum juga dengan pihak pemerintah dibangun agar segala informasi dapat diperoleh serta hal-hal yang bersifat administratif dan dilakukan .
Bersyukur Nampaknya pemerintah kabupaten sambas juga tanggap akan kebutuhan mahasiswa sehingga memberikan bantuan berupa penyewaan kontrakan walau bukan aset daerah namun sedikit banyak bisa menbantu mahasiswa yang kebetulan memerlukan basis kegiatan yang bisa menampung banyak mahasiswa. Sehingga dapat melahirkan beberapa gagasan dapat dilakukan dan dirasakan secara langsung dengan melakukan beberapa kegiatan yang melibatkan elemen elemen masyarakat, ini dilakunkan sebagi bentuk pengabdian terhadap daerah terutamanya ketika mahasiswa pulang liburan semester.
Saat ini IKAMAS memiliki sekita 300 anggota yang tergabung dari beberapa perguruan tinggi yang ada di malang maka mengadakan perubahan strukturisasi kearah yang diharapkan. Pada masa ini banyak perubahan yang dilakukan walau begitu masih banyak pula kekurangan yang dimiliki pada masa kepengurusan ini.
Namun dengan melihat beberapa dinamikan mahasiswa sambas memungkinkan bahwasanya eksistensi IKAMAS akan mengalami stagnasi bahkan kemuduran, ini diakibatkan beberapa factor mempengaruhi diantaranya kurangnya loyalitas dan rasa bangga kurang serta tertariknya untuk sama sama memajukan dan mengembangkan organisasi,
Berdasakan analisis di atas maka ke depannya perlu perumusan konsep yang benar benar matang kalau hal ini tidak dirumuskan secara matang oleh teman-teman yang masih punya komitment dan loyalitas terhadap organisasi. Maka IKAMAS hanya menampang sebuah lambang yang hanya tertampang mengiasi ruang tamu secretariat.

Cari