BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tingkah laku atau etologi hewan
praktis telah merupakan hal yang penting sejak masa prasejarah. Tingkah laku
ini dimanfaatkan oleh para pemburu dan kemudian oleh masyarakat untuk
menjinakkan hewan-hewan tersebut. Sampai pada pertengahan abad ini, para
ilmuwan di bidang pertanian tidak banyak mengenal ilmu tingkah laku hewan baik
secara praktis sebagai hal yang penting maupun sebagai hal yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Banyak penelitian yang pada mulanya
telah dilakukan memuat deskripsi mengenai aspek-aspek tingkah laku yang telah
didefinisikan dengan baik. Para ilmuwan yang mempelajari hewan dalam lingkungan
asalnya disebut ethologist. Beberapa sumbangan pemikiran dibuat oleh
para ilmuwan psikologi yang mempelajari hewan dalam lingkungan laboratorium
yang terkontrol, yang kemudian mengubah factor-faktor lingkungannya satu demi
satu dan mencatat pengaruh tersebut pada tingkah laku hewan.
Sapi merupakan jenis ternak yang
tergolong dalam famili Bovidae atau ruminansia, yang memiliki sistem pencernaan
dan siklus reproduksi kompleks dan terintegras. Pemahaman perilaku sapi dan
respon perilaku terhadap perubahan apapun yang terjadi sangat penting untuk
mengetahui dampak yang akan ditimbulkan akibat perubahan tersebut, baik dari
segi kesehatan maupun tingkat produksinya. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai perilaku dan perubahan perilaku pada hewan ruminansia tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1.
Bagaimana
tingkah laku normal pada sapi ?
2.
Bagaimana
tanda-tanda yang ditunjukkan pada sapi yang normal ?
3.
Apa
saja penyakit yang sering terjadi pada sapi yang menyebabkan perubahan perilaku
?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui tingkah laku atau animal behavior normal pada sapi.
2.
Untuk mengetahui dan memahami tanda-tanda sapi
yang normal.
3.
Untuk
mengetahui dan memahami penyakit yang sering terjadi pada sapi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perilaku Normal Sapi
Perilaku dasar pada hewan seperti makan, minum, tidur,
istirahat, aktivitas seksual, eksplorasi, latihan, bermain, ekplorasi,
aktivitas melarikan diri, pemeliharaan dan sebagainya sangat penting untuk
diketahui dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan memberi rasa nyaman serta
aman terhadap diri mereka. Kondisi dimana perilaku dasar tersebut tidak
terpenuhi akan berdampak pada kinerja dan produktivitas dari hewan. Beberapa
perilaku dapat merugikan kesehatan dan produksi bahkan jika penyebab perubahan
perilaku semakin meningkat maka secara tidak langsung dapat menyebabkan
kerusakan sehingga kembali perlu ditekankan tentang pentingnya memahami
perilaku normal sapi sebagai indikator untuk mengetahui respon perilaku umum.
Kondisi yang menghambat perilaku dasar memaksa menciptakan suatu penggiatan
atau intensifikasi untuk mengatasi hal tersebut.
Contohnya:
·
Ketersediaan
pakan yang terbatas akan cenderung meningkatkan perilaku sapi yang menyentuhkan
bagian mulutnya ke benda seperti tempat air, memainkan lidahnya, atau
menggertakkan giginya.
·
Terjadi
respon pertahanan atau ingin melarikan diri dengan intensif yang ditandai
dengan menendang atau menyapukan ekor pada tiang penyangga secara terus menerus
apabila ada hal yang mengancam atau mengganggu.
·
Pedet
yang mengisap benda lain yang ada disekitarnya ketika tidak tersedia induk
untuk menyusu.
·
Ternak
yang tidak dibiarkan keluar dari kandangnya untuk jangka waktu yang lama
akan jauh lebih antusias saat digembalakan untuk pertama kali dibandingkan
dengan yang digembalakan setiap hari.
Adapun perilaku sapi secara umum
dibagi menjadi lima kategori yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut :
a.
Merumput
(Grazing)
1.
Pola
merumput : stereotip (konstan)
·
Berjalan
melintasi padang rumput,, hidung selalu dekat dengan tanah pada saat merenggut
rumput, dibulat-bulatkan, lalu ditelan
·
Cara
: rumput dibelit dengan lidah, ditarik, dipotong dengan gigi dengan dibantu
oleh hentakan kepala
2.
Sikap
merumput
·
Berdiri
dengan kepala tunduk
·
Anak
: kadang-kadang berbaring
·
Rumput
yang diambil paling pendek ± 1,25 cm
3.
Jarak
jelajah : selama 24 jam akan bertambah dua kali, bila ;
·
Cuaca
jelek
·
Padang
becek
·
Rumput
jarang
·
Banyak
ektoparasit (kutu, caplak, tungau) hinggap di tubuh
4.
Siklus
merumput
·
Dalam
24 jam : 4-5 periode merumput
·
Paling
lama : saat fajar dan senja
·
Dapat
berlangsung pada malam hari
·
Periode
merumput : jalan, lalu istirahat, kemudian ruminasi, dan merumput lagi
5.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pola merumput
·
Ras
: perah atau potong (pedaging)
·
Adaptasi
terhadap iklim. Misalnya bison pada musim dingin lebih sangat aktif, sapi
Eropa pada iklim sedang lebih aktif, dan sapi Zebu pada iklim tropis dan sub
tropis sangat kurang aktif.
·
Kapasitas
saluran pencernaan atau kemampuan perut (onase). Misalnya pada sapi Zebu
kapasitas saluran pencernaannya lebih kecil, sehingga lebih efisien menerima
bahan organis atau dengan kata lain proses ruminasinya lebih cepat.
·
Spesies.
Misalnya pada sapi Frisien Holstein (FH) dan Jersey, suhu nyaman ketika periode
merumput sama dan suhu naik ketika pola merumput Jersey lebih lama daripada
Frisien Holstein (FH)
·
Perlakuan
oleh manusia. Misalnya sapi perah, setelah diperah di pagi hari kegiatan
merumputnya akan berangsur turun sampai pemerahan sore hari dan pada anak sapi
yang dikurung akan merumput dua jam lebih lama karena selektif memilih hijauan
(biasa diberikan).
·
Umur.
Untuk anak sapi yang baru lahir hanya menyusu saja dan bila merumput belum
secara sempurna maka akan sangat selektif.
·
Keadaan
cuaca lingkungan. Cuaca yang buruk akan menyebabkan aktivitas merumput
terhenti, sedangkan bila temperature lingkungan meningkat, akan terjadi
perubahan struktur kelompok dimana jarak antar individu menjadi renggang.
Gertakan
yang menimbulkan perilaku merumput, antara lain:
1.
Defoliasi,
yaitu pemilihan bagian-bagian yang paling baik atau spesies tertentu dari
rumput yang ada di padang rumput.
·
Defoliasi
progresif : memilih rumput muda.
·
Defoliasi
creaning : memilih spesies rumput yang paling disukai
2.
Kebijakan
nutrisi
·
Tingkah
laku khas dari hewan yang kekurangan salah satu zat nutrisi.
·
Rangsangan
dari dalam tubuh untuk memilih apa yang diperlukan oleh tubuh, dalam usahanya
menjaga keseimbangan mineral dalam tubuhnya.
Rangsangan
yang menimbulkan perilaku merumput, antara lain :
1.
Rangsangan
terhadap indera perasa sapi akan memberikan reaksi terhadap rasa pahit.
2.
Rangsangan
terhadap penciuman dan perabaan bau suatu spesies rumput dapat mempengaruhi
selektivitas merumput.
b.
Meranggas
(Browsing)
Sapi menggunakan 40% dari waktu makannya untuk meranggas
guna memilih tanaman yang nilai gizinya tinggi, biasanya makan bagian-bagian
dari semak atau pohon.
c.
Makan
(Feeding)
Yang dimaksud dengan makan disini adalah proses makan di
dalam kandang atau makan rumput segar dan konsentrat (di Indonesia) atau
hay, silage (di daerah bermusim empat/temperate/sub-tropis). Untuk
ruminansia yang memiliki empat kompartemen lambung dikenal istilah ruminasi
yaitu dimana hewan golongan tersebut setelah memakan rumput akan
memuntahkan (regurgitasi) kembali rumput dari rumen dan reticulum tersebut,
setelah itu akan mengunyah (mastikasi) kembali makanan yang telah dimuntahkan
tersebut yang dilakukan sambil istirahat, dan menelan kembali makanan yang
sudah halus dikunyah tersebut. Kelebihan dari ruminansia adalah bisa makan
lebih banyak dalam waktu singkat.
Untuk minum sendiri, perilaku ini dipengaruhi oleh dua
daktor, yaitu faktor dalam berupa rasa haus dan faktor luar yaitu karena
melihat air. Adapun jumlah air yang diminum tergantung pada :
·
Temperature
lingkungan
·
Kondisi
makanan : kadar air kurang (kering), kadar protein, kadar garam, dan komposisi
ransum.
·
Umut
kebuntingan
·
Bangsa
·
Tingkat
laktasi
Keseimbangan NaCl (garam dapur) dalam tubuh harus diimbangi
dengan banyak minum sehingga jumlah air disekitar lingkungan sapi harus
berlebih atau lebih dikenal dengan istilah ad-libitum.
d.
Perilaku
seksual
1. Pada sapi jantan
·
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual sapi jantan, antara lain ; penciuman,
penglihatan, dan pendengaran.
·
Faktor-faktor
yang mempengaruhi libido pada sapi jantan, antara lain:
ü Ada tidaknya betina birahi
ü Seks rasio, dan
ü Dominan/subordinan
·
Factor-faktor
yang menurunkan libido seksual jantan, antara lain:
ü Gangguan psikologis,
ü Penyakit,
ü Kekurangan nutrisi, dan
ü Perubahan iklim
2. Pada sapi betina
·
Tanda-tanda
umum saat estrus, antara lain:
ü Sangat reaktif,
ü Nafsu makan turun/terganggu,
ü Produksi susu turun,
ü Tidak tenang/gelisah,
ü Ingin dinaiki dan menaiki
ü Sering melenguh,
ü Mengibas-ibaskan ekornya,
ü Frekuensi urinasi meningkat, dan
ü Keluar lender berahi dari vulva: liat,
bening, dan transparan.
e.
Laktasi
1. Anak sapi mulai menyusu 2-5 jam
setelah kelahiran, yang dimana harus diberikan colostrums.
2. Posisi badan pedet saat menyusu
harus sejajar badan induk disebelah kiri atau kanan, tegak lurus dari samping,
dan bisa dari belakang.
3. Proses : putting susu dijepit
diantara lidah dan langit-langit atas (pallatum) sampai rapat sehingga
tidak tembus udara yang menyebabkan terjadi tekanan dalam mulut sehingga air
susu masuk ke mulut, kemudian ditelan.
4. Lama menyusui antara 10-15 menit
5. Frekuensi menyusui antara 5-8 kali
per 24 jam
6. Umumnya makin tua umur anak, maka
frekuensi menyusu mulai berkurang karena sudah mulai makan rumput dan
konsentrat.
B.
Tanda Sapi Normal
Banyak perilaku yang ditunjukkan
dengan keras sebagai sebuah respons menuju stimulus fisik dan fisiologis, tapi
pada kenyataannya pengaruh psikologis sekuat fisiologis atau fisik. Sebagai
contoh, sapi alaminya digembalakan, dan konsekuensinya memakan lebih dari apa
yang seharusnya mereka konsumsi.
Hal ini sangat penting untuk
dimengerti bahwa pengaruh psikologis dari keterkejutan seperti mungkin
lebih penting daripada terkejut biasa. Pengaruh psikologis sangat besar
dampaknya menimbulkan stress.
“Stimulus psikologis menimbulkan
tidak hanya beberapa respon hormonal individu, tapi biasanya menimbulkan sebuah
perluasan dari respon ganda yang terjadi bersamaan, sedangkan stimulus fisik
biasanya ditimbulkan dari sebuah respon spesifik yang berusaha untuk
menstabilkan keadaan homeostasis untuk sebuah partikel entitas (seperti tekanan
darah atau suhu tubuh).” {3, p. 294}
Efek psikologis biasanya lebih kuat
dan lebih persisten dari pengaruh negative lainnya. Beberapa landasan keadaan
psikologis dan fisik sapi yang perlu di pahami dengan baik, antara lain sebagai
berikut :
a.
Pahami
respon pertahanannya (survival response). Sapi dalam evolusi
kehidupannya selalu menjadi hewan yang dimangsa (prey animal). Dengan
mengandalkan indera penciuman dan penglihatan mereka mendeteksi adanya bahaya
dari predator, kemudian melakukan reaksi atau respon dengan cara melarikan
diri.
b.
Sapi
selalu merasa khawatir terhadap segala sesuatu yang baru dan belum mereka
kenali. Hal ini merupakan dasar psikologis pertahanan diri sapi. Sapi baru akan
merasa tenang setelah mereka mengenali dan mengetahui bahwa hal tersebut tidak
berbahaya. Dilingkungan peternakan hal ini dapat berupa adanya orang baru yang
mendekati atau ada sesuatu hal yang berbeda dari biasanya pada lingkungan
pertenakan tersebut. Hal baru tersebut biasanya tidak disadari oleh peternak,
yang terlihat hanyalah sapi tersebut berperilaku lain dari biasanya, bisa
berupa tidak mau segera makan, berkumpul di sudut kandang, atau menjadi tidak
penurut. Sapi yang lebih tenang biasanya hanya akan menatap sesuatu yang mereka
takuti dan hal ini dapat menjadi petunjuk dimana sumber ketakutan dari sapi
tersebut. Untuk sapi yang lebih liar, biasanya akan secara langsung bereaksi
dengan melarikan diri dari sesuatu yang ditakutinya.
c.
Indera
pendengaran sapi sangat sensitif, jauh lebih sensitive dibanding dengan pendengaran
manusia, terutama pada suara frekuensi tinggi.
d.
Kedua
mata sapi terpisah berjauhan, sehingga masing-masing matanya bisa melihat ke
arah sudut yang berbeda. Letak kedua mata tersebut memungkinkan mereka dapat
melihat kebelakang tanpa menoleh, sehingga mereka bisa tetap waspada terhadap
predator yang datang dari belakang saat merumput.
C.
Penyakit pada Sapi
a.
Penyakit
Brucellosis (Keluron Menular)
Brucellosis
adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing,
babi, dan sekunder pada berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi
penyakit ini dikenal sebagai penyakit Kluron atau pengakit Bang. Brucellosis
yang menimbulkan masalah pada ternak terutama disebabkan oleh tiga spesies,
yaitu Brucella melitensis, yang menyerang kambing, Brucella abortus,
yang menyerang sapi, dan Brucella suis, yang menyerang babi dan sapi.
·
Tanda
umum: pada sapi betina akan memperlihatkan perilaku berupa lesu, nafsu makan
menurun dan tubuh yang kurus serta terjadi keguguran.
b.
Mastitis
atau radang ambing
Mastitis
atau radang ambing merupakan penyakit yang sering terjadi pada sapi perah,
tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia. Mastitis merupakan peradangan
kelenjar susu yang disertai dengan perubahan fisik, kimiawi, dan mikrobiologi.
Secara fisis pada air susu saapi penderita mastitis klinis terjadi perubahan
warna, bau, rasa dan konsistensi.
·
Gejala
klinis : bentuk ambing yang asimetris, bengkak, ada luka, dan rasa sakit pada
sapi ketika ambing dipegang.
c.
Antraks
atau radang limpa
Penyakit
antraks (Anthrax) merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
bakteri Bacillus anthracis.
·
Tanda
umum pada tipe akut dan kronis: demam, sesak nafas (dyspnea), depresi, dan
lemah serta kadang disertai kejang. Tanda-tanda ini biasanya berbeda pada tiap
spesies.
d.
Pneumonia
(radang paru)
Penyakit
radang paru ini terutama disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan
virus. Namun, cuaca yang ektrim dan perubahan lingkungan seringkali mendorong
timbulnya pneumonia.
·
Tanda
umum: hidung terus-menerus mengeluarkan lendir, cekung hidung kering, demam,
batuk-batuk, frekuensi pernapasan cepat dan dangkal bahkan terkadang terjadi
kesulitan bernapas, nafsu makan dan berat badan menurun.
e.
Septicemia
Epizootica (SE)/ Ngorok
Penyakit
Sepricemia Epizootica adalah penyakit menular terutama pada kerbau, sapi, babi,
dan kadang-kadang pada domba dan kuda yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella
multocida tipe tertentu.
·
Tanda
umum: kematian, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan serta kehilangan
tenaga untuk membantu pertanian dan pengangkutan.
f.
Penyakit
Pink Eye
Pink Eye
merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun kambing,
biasanya bersifat epizootic dan ditandai dengan memerahnya conjungtiva dan
kekeruhan mata. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, virus, ritketsia maupun
Chlamydia, namun yang paling sering ditemukan adalah akibat bakteri Maraxella
bovis.
·
Tanda
umum: mata berair, kemerahan pada bagian mata yang putih dan kelopaknya,
bengkak pada kelopak mata dan cenderung menjulingkan mata untuk menghindari
sinar matahari. Kadang-kadang terjadi borok atau lubang pada selaput bening
mata yang dimana borok tersebut dapat pecah dan mengakibatkan kebutaan.
g.
Penyakit
Mulut dan Kuku (PMK)
Penyakit
mulut dan kuku (PMK) disebut juga foot and mouth disease (FMD) atau
Aphtae Epizooticae (AE). Penyakit ini merupakan penyakit akut dan sangat
menular yang menyerang sapi, kerbau, babi, kambing, domba, dan hewan berkuku
genap lainnya. Infeksi ditandai dengan pembentukan lepuh yang kemudian
berkembang menjadi erosi pada selaput lendir mulut, diantara kuku, lekuk
koroner kaki dan putting susu. Penyebab PMK adalah virus RNA, berdiameter 20
mu.
·
Tanda
umum: lesu, suhu tubuh dapat mencapai 41oC, hypersalivasi (karena
erosi selaput lendir mulut dan lidah), nafsu makan berkurang, enggan berdiri
(karena luka pada interdigital), penurunan produksi susu secara mendadak,
penurunan berat badan yang terjadi serentak pada suatu kelompok hewan. Selain
itu gejala khas berupa lepuh-lepuh diruang mulut terutama bagian atas , bibir bagian
dalam, gusi, langit-langit, dan sekali-kali pada selaput lendir mata.
h.
Keropos
kuku atau kuku busuk
Penyakit
ini walaupun tidak mematikan namun mengganggu produksi. Disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri atau kuman.
·
Tanda
umum: kepincangan, kuku koyak, dan berbau busuk.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Perilaku dasar pada hewan seperti
makan, minum, tidur, istirahat, aktivitas seksual, eksplorasi, latihan,
bermain, ekplorasi, aktivitas melarikan diri, pemeliharaan dan sebagainya
sangat penting untuk diketahui dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan memberi
rasa nyaman serta aman terhadap diri mereka. Kondisi dimana perilaku dasar
tersebut tidak terpenuhi akan berdampak pada kinerja dan produktivitas dari
hewan.
2. Perilaku sapi secara umum dibagi
menjadi lima kategori, yaitu: Merumput (Grazing), Meranggas (Browsing),
Makan (Feeding), Perilaku seksual, dan Laktasi.
3. Efek psikologis biasanya lebih kuat
dan lebih persisten dari pengaruh negative lainnya.
4. Adapun beberapa penyakit pada sapi,
antara lain:
a. Penyakit Brucellosis (Keluron
Menular)
b. Mastitis atau radang ambing,
c. Antraks atau radang limpa
d. Pneumonia (radang paru)
e. Septicemia Epizootica (SE)/ Ngorok
f. Penyakit Pink Eye
g. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
h. Keropos kuku atau kuku busuk
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar. 2012. Pedoman Pelaksanaan
Pengawalan Dan Koordinasi Perbibitan Tahun 2012. Direktorat Perbibitan Ternak
Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian 2012.
Vande, Nursholeh. 2011. Human
Physiology. Company, Tanjung Jabung Timur. Unja Nanda, 2012. Fakultas
Peternakan Universitas Haluoleo.